Ini Rahasia Lolos Seleksi Beasiswa Luar Negeri!

Fajarmanado.com  –  Dalam buku “Beasiswa 5 Benua: 100 Kiat Berburu Beasiswa Luar Negeri”, Ahmad Fuadi menuliskan bahwa beasiswa bukan hanya untuk orang pintar. Lebih utama, lanjut dia, orang harus bersungguh-sungguh melakukan usaha di atas rata-rata demi mendapat beasiswa.

Kok begitu? Ya, karena kadang orang yang secara akademis biasa saja justru berhasil lolos beasiswa ke luar negeri. Hal ini bisa terjadi karena mereka bersungguh-sungguh mencari, mendaftar, kemudian berani mengulangi proses sama ketika lamarannya belum diterima.

Melamar beasiswa memang penuh detail dan kejelian. Semua syarat tak boleh terlewatkan. Bagi orang yang bersungguh-sungguh, proses tersebut dilewati tanpa mengeluh.

Kalaupun lamaran ditolak, bukan putus asa yang melanda, melainkan evaluasi diri. Mungkinkah ada proses yang kurang?

Jangan terburu-buru

Syarat-syarat pendaftaran beasiswa cukup banyak sehingga butuh waktu lama mengumpulkannya. Kemampuan bahasa termasuk salah satu syarat yang memerlukan upaya tak sedikit.

“Kalau bahasa itu kita harus (ikut tes) IELTS dulu. Memang, harusbener-bener belajar karena sayang kan (tes) IELTS semakin mahal,” kata Annisa Maulani, penerima beasiswa Erasmus+ tahun 2016 kepada wartawan, baru-baru ini.

Dia mengaku tak sempat mengambil kursus bahasa karena saat itu masih aktif bekerja.

“Saya belajar otodidak, kan sambil kerja, jadi nilainya pas-pasan karena enggak les, hehe,” ujar Annisa.

Namun, di tengah tumpukan pekerjaan, dia tetap meluangkan waktu belajar mandiri.

“Kalau mau otodidak, saya sarankan menggunakan buku persiapan IELTS keluaran Cambridge karena itu yang nanti dipakai. Itu soal-soalnya dikerjain saja,” saran Annisa.

Meski demikian, ia tetap menyarankan untuk mengikuti kursus bahasa jika memiliki waktu luang cukup. Jenis tes bahasa selain IELTS pun ada beragam, misalnya TOEFL dan TOEIC. Sebelum memilih, pastikan sertifikat bahasa sesuai persyaratan yang diminta.

Selain bahasa, mengisi formulir beasiswa juga harus cermat. Walau formulir pendaftaran hanya dua sampai tiga lembar, isinya menentukan nasib beasiswa Anda lolos seleksi atau tidak.

Jika masih ragu, lebih baik isi formulir menggunakan pensil dulu sampai Anda benar-benar yakin. Bukan hanya tata bahasa, titik dan koma juga harus sempurna. Pastikan tidak ada coretan pada kertas.

“Saya bisa menghabiskan waktu satu bulan (mengisi formulir beasiswa). Bukan apa-apa, setiap selesai mengisi form, draft-nya saya simpan dulu di meja atau di bawah bantal untuk saya periksa lagi besok,” tulis Fuadi.

Karena pengisian formulir kebanyakan menggunakan bahasa Inggris, sebaiknya minta bantuan kawan yang dirasa lebih ahli berbahasa Inggris. Minta dia membacakan kembali isi formulir Anda, siapa tahu ada tata bahasa yang terlewat diperbaiki.

Recommendation letter atau surat rekomendasi penting pula diperhatikan. Di sini, kualitas diri pelamar jadi taruhan.

“Pertama minta ke atasan. Kalau bisa minta (orang) yang posisinya (jabatan) tinggi. Dulu saya juga minta ke dekan kampus saya,” kata Annisa.

Setelah semua persyaratan rampung, periksa kembali berkas tersebut sebelum disegel dalam amplop. Kelengkapan berkas menjadi poin nomor wahid untuk mendapatkan beasiswa.

Seandainya waktu pendaftaran sudah mepet, lebih baik berkas diantar langsung ke alamat tujuan.

Wawancara

Memang, tak semua program beasiswa mensyaratkan wawancara langsung dengan calon mahasiswa pelamar beasiswa. Konsorsium yang dilamar Annisa adalah salah satunya.

“Setiap konsorsium berbeda-beda kebijakannya, kalau di konsorsiumku enggak ada wawancara. Tapi, ada juga teman-teman yang lain (penerima beasiswa Erasmus+) diwawancara dulu,” tutur Annisa.

Karena itu, ada baiknya Anda tetap mempersiapkan diri untuk seleksi wawancara. Sering kali, pemberi beasiswa memerlukan bertemu langsung untuk mengecek kebenaran formulir. Mereka juga wajib memastikan dana beasiswa yang diberikan tepat sasaran.

Dilihat dari sesi wawancara, panitia seleksi bisa merasakan motivasi dan mengetahui pasti kelayakan peserta. Umumnya, pertanyaan berkisar tentang motivasi, kapasitas, cita-cita masa depan, dan kontribusi keilmuan yang bisa diberikan ke masyarakat.

Waktu wawancara sangat terbatas, gunakan waktu sebaik-baiknya untuk menceritakan semua kekuatan Anda. Tapi, terburu-buru menjawab pun tak baik. Pastikan Anda punya waktu menarik nafas sejenak untuk memilih kata-kata lugas dan tidak berbelit-belit sebelum menjawab.

Tunjukkan kepercayaan diri Anda tanpa menyombongkan diri. Jangan malu, apalagi takut untuk menatap mata pewawancara. Kata kunci yang perlu diingat adalah semangat, jujur, kerja keras, dan cerdas. Selamat mencoba!

(kpc)