TOMOHON, FAJARMANADO.com – Tim Geologi Universitas Gadja Mada  (UGM) menyimpulkan bahwa fenomena alam di sekitar sumur produksi kluster LHD-24 milik PT Pertamina Geothermal Energi (PGE) di Desa Tondangouw, Kecamatan Tomohon Selatan, Kota Tomohon bukan lumpur yang mengandung racun tetapi berupa uap panas bumi yang bercampur dengan tanah.

Semburan uap panas bercampur tanah tersebut muncul pertama kali pada awal  Desember 2015. Jumlah titik semburan terus bertambah dan kini telah mencapai lima titik. Volumenya pun kian bertambah sehingga pihak PGE melakukan langkah lokalisir lumpur. Sementara mengamatan intensif dilakukan sejak minggu ke dua Desember lalu.

Baca juga: Muncul di Dekat Sumur PGE

Pengamatan Universitas Gadjah Mada dan kajian yang telah dilakukan oleh operator lapangan panas bumi Lahendong (PT. Pertamina Geothermal Energi), peristiwa tersebut adalah semburan uap air panas bumi.

Kepala Pusat Penelitian Panas Bumi UGM, yang juga ahli geologi panas bumi, Ir. Pri Utami, M.Sc., Ph.D dan  dan Ahli Gelogi Bahan Galian C, Dr. I Wayan Warmada, S.T menjelaskan hal tersebut melalui realisenya yang diterima fajarmanado.com, Senin (4/1/2016).

Diungkapkan, hasil pengamatan Tim Pusat Penelitian Panas Bumi Fakultas Teknik UGM pada tanggal 30 Desember 2015, sebagaimana hasil kajian  operator lapangan PGE Lahendong, sama-sama menyimpulkan, lumpur yang terlontar pada titik-titik semburan adalah tanah permukaan yang terlarutkan oleh uap air, dengan ciri warna seperti tanah-tanah di wilayah sekitarnya yang tidak mengalami semburan uap.

Berdasarkan analisis batuan bawah permukaan yang berasal dari sebagian besar sumur-sumur pemboran panas bumi di Lahendong, yang dilakukan  oleh para ahli geologi UGM sebelumnya, bebatuan reservoar sistem panas bumi setempat berupa batuan produk gunung api masa lampau yang bersifat solid.

“Dan berdasarkan pemantauan kadar gas-gas di lokasi semburan oleh PT. PGE hingga saat keterangan ini diturunkan tidak ditemukan gas-gas berbahaya baik dari segi jenis dan kadarnya,” ujar mereka.

Peristiwa semburan uap ini, seperti halnya dengan fenomena pemunculan matair panas, dikategorikan sebagai manifestasi panas bumi atau tanda adanya potensi panas bumi bertemperatur tinggi.

Namun demikian, dipaparkan, asal-usul manifestasi semburan ini perlu diselidiki dengan seksama sehingga dapat ditentukan cara-cara penanganannya secara tepat sasaran.

Bagi Utami dan Warmada, ada dua kemungkinan penyebabnya. Yakni, pertama dinamika alamiah sistem panas bumi Lahendong, atau ke dua, adanya kerusakan konstruksi sumur yang berada di dekat lokasi semburan.

Pada saat ini operator tengah berkonsentrasi meneliti kemungkinan penyebab yang ke dua, dengan meneliti kondisi selubung sumur (casing). Bila ditemukan kebocoran maka sumur yang bersangkutan akan di sumbat. Namun apabila ternyata semburan merupakan bagian dari dinamika alamiah sistem panas bumi Lahendong maka manusialah yang harus menyesuaikan diri, dengan mengatur kembali penggunaan lahan dan aktivitasnya di daerah tersebut, seperti halnya yang harus dilakukan di daerah-daerah berpotensi bahaya geologi yang lainnya.

Kondisi penanganan sampai Senin (4/1/2016) sore tadi,  tengah dilakukan pendinginan terhadap sumur panas bumi LHD-24 untuk memungkinkan investigasi kondisi selubung sumur. Zona pengamanan lokasi semburan telah diperluas untuk kelancaran operasional dan pergerakan alat berat, serta untuk keamanan pekerja dan pengunjung.

Dinding-dinding pengaman juga sedang dipasang. Lumpur disalurkan ke kolam penampung (balong). Bronjong ijuk sudah mulai dipasang untuk menyaring lumpur yang melimpas secara alamiah dari titik semburan ke sungai terdekat. Selama ini panas bumi telah memasok hampir 40% kebutuhan listrik di Sulawesi Utara.

Sementara itu, Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara (Pemprov Sulut) telah membentuk tim pemantauan dan penanganan semburan uap tersebut yang dipimpin langsung oleh Penjabat Gubernur DR Soni Sumarsono, MDM di mana kondisi dan status penanganan terkini akan selalu dilaporkan kepada masyarakat.

Para anggotanya, adalah, Kadis ESDM Ir. Marly Gumalag, M.Si., Kepala BLH Ir. Roy Mewoh, Karo SDA Dr. Franky Manumpil, berserta dua staf khusus gubernur,  Berthy Mendur dan Feri Rende.

Sementara tim dari operator lapangan, terdiri dari, Dip GeothermTech (GM PT PGE Area Lahendong Ir. Salvius Patangke, Manager Teknik PT. PGE Area Lahendong Ir. Ahmad Yani  beserta staf lapangan, juga Ir. Pri Utami, M.Sc., Ph.D dan Dr. I Wayan Warmada, S.T, ke dua ahli geologi dari UGM ini. Mereka bersama-sama memeriksa lokasi pada 1 Januari 2016.

 “Kesuksesan penanganan semburan uap akan sangat berarti bagi ketahanan energi di wilayah ini. Kerjasama yang baik dari seluruh pemangku kepentingan panas bumi Pemerintah, operator lapangan, masyarakat, dan akademisi) merupakan kunci penting,” komentar Sumarsono.

“Terkait dengan peristiwa ini, masyarakat dihimbau untuk tetap waspada namun tenang sambil turut membantu memantau situasi di lapangan, dan selalu berkoordinasi dengan aparat yang berwenang dalam melakukan aktivitasnya, sehingga pihak-pihak yang ditugaskan melakukan penanganan di lapangan dapat berkonsentrasi bekerja,” ujarnya.

Baca juga: Lumpur Panas Tak Ada

(her)